Kamera yang Dijambret
Kepada kameraku yang dijambret,
Saat ini aku sedang melihat-lihat foto dan video yang pernah kau hasilkan selama ini.
Aku penasaran, kamu berada dimana sekarang? Apakah di tempat pegadaian? Atau memang digunakan oleh si penjambret? Barangkali sedang berada di sebuah tempat, tergeletak tak digunakan. Semoga saja bateremu sudah habis, sehingga kamu tidak perlu merasakan rasa kengerian diculik oleh orang yang tak dikenal.
Siang itu ketika kami naik sepeda, entah kenapa hari itu, tas yang berisikan kamu dan dompet itu aku letakkan di keranjang sepeda di belakang. Ketika kami berhenti di traffic light, sebuah mobil mendekat dan seseorang keluar, mengambilmu. Aku panik dan jatuh dari sepeda hingga kakiku memar. Membuatku sulit untuk mengejar kawanan brengsek itu. Kami berusaha mengejarnya dengan nafas tersengal-sengal, tetapi mobil melaju kencang daripada kecepatan sepeda.
Aku menepi. Sedih. Andai kau melihat wajahku, betapa menyedihkan. Aku merasa kehilangan. Tetapi kau hanyalah kamera, benda mati, yang barangkali kau pun tidak peduli denganku. Tetapi aku melihatmu, adalah kamera yang memiliki ruh yang bisa menghidupkan memori, membuatnya kekal dari apa yang pernah kita rekam.
Istri kemudian memelukku dan menenangkan, “itu hanyalah barang yang bisa digantikan, yang penting kita aman dan selamat”. Aku menunduk, sambil berusaha untuk tenang dan mengambil nafas secara teratur dan berusaha mengamininya. Tetapi, sedih adalah sedih.
Yang menyakitkan lagi, aku tidak punya foto penuh atas dirimu. Foto yang layak khusus untukmu. dengan strap yang bercorak indah dari kamera Pentax K-1000 milik kakek istri saya. Foto itu kau tampak bersilau ketika disinari matahari terbit, beralaskan rumput yang berembun di pagi hari, yang sedianya ku unggah di media sosial. Tetapi, itu tak pernah terjadi.
Kepada kameraku yang dijambret,
Malam ini, aku melihat-lihat lagi foto dan video yang telah kau berikan kepadaku.
Kita melalangbuana bersama. Kau merekam kebahagiaanku dengan keluarga, teman, makan-makan, hingga dengan bandku AK//47 ketika membelah Amerika di 45 kota. Hampir semua kenangan di jalan berhasil kau rekam. Atau di saat kita kesasar di Nicaragua, atau ketika kita mengelilingi negara-negara Asia Tenggara di Malaysia, Kambodia, Vietnam, Thailand, Singapura.
Aku teringat pada tahun 2017 ketika tengah malam aku tak bisa tidur dan memikirkan untuk membeli kamera karena aku ingin membuat film dokumenter pendek. Itu motivasiku pertamaku kepadamu. Dari hasil tabungan selama bekerja sebagai tukang cuci di restoran indonesia, Jayakarta di berkeley. Meski gaji yang tak seberapa dan barangkali juga belum menghasilkan uang dari itu, tapi aku nekad memilih membelimu, karena aku yakin bisa membuat banyak denganmu.
Beberapa tahun belakangan aku lebih berkutat pada foto dan tulisan sebagai wartawan harian. namun ketika aku pindah ke AS, disitulah aku ingin tetap melakukan aktivitas pendokumentasian melalui video.
Semua dari mata lensamu yang tajam.
Bahkan foto-fotomu yang buram-tak fokus, yang semula aku singkirkan-kini aku nikmati jua. Aku tak ingin terlewatkan apapun dari apa yang telah kau bidik. Sebab foto apapun yang bagus, tak sepenuhnya harus tampak tajam. Karena Momentum, itulah yang utama. Yang memiliki makna bagi aku sendiri maupun untuk orang lain yang melihatnya.
Foto-foto yang orang bilang itu tak fokus, pencahayaan kurang, pasti akan disingkirkan dari hard disk. Tetapi aku ingin tetap menyimpan itu. Kelak file-file yang telah kau hasilkan tak ada yang sia-sia. Sebab aku merekam dan memotretnya untuk hari ini dan masa depan.
Masa depan dimana aku bisa merasakan kembali momentum yang terekam. Membuatku terhibur, memberi makna, bahkan memberi ruang untuk sedih, menangis maupun hanya sekadar tersenyum kecil. Terimakasih atas petualangan kita. Hingga sekarang aku bisa menggunakan video dan foto sebagai tempatku bermain dan mencari rejeki untuk sesuap nasi.
Siapapun pemilik barumu, kau telah menjadi bagian dari sejarah hidupku dan orang lain yang berhasil kita rekam. Semoga kau diperlakukan dengan baik, dirawat, kekal dan memberikan kebahagiaan kenangan untuk banyak orang.
Comments